ROMANTIKA TAWANG JAYA
Memenuhi undangan PCSC Jabodetabek dalam rangka acara 4 mata, Senin (9/7) anak2 PCSC Semarang bertolak menuju ibukota. Rombongan kecil ini semakin kecil lagi karena dipecah menjadi 2 lagi. Terlintas nama Bonek kelas II dan Bonek kelas III. Bonek kelas III adalah mereka yang berangkat dari stasiun Tawang dengan menggunakan kereta Senja Utama, sementara Bonek kelas II adalah mereka yang berdesak2an dikereta Tawang Jaya. (Cat : Bagi kita bonek kelas I adalah yang benar2 bonek alias yang nongkrong diatap kereta atau nebeng kereta barang). Aku sendiri tergabung di Tawang Jaya.
Seperti yang sudah diduga, kereta rakyat ini akan dipenuhi oleh orang2 yang sebagian diantaranya mengadu nasib dan merasakan kerasnya hidup di Ibukota. Sampai di Stasiun Poncol jam 18.30, para bonek kelas II masih harus dihadapkan dengan tiket yang bermasalah walaupun pada akhirnya setelah mengurus selama 15 menit masalah terselesaikan.
Suasana kereta sendiri sudah penuh sesak, di pintu2 sudah banyak yang duduk karena tidak kebagian tiket duduk. Rombongan bonek kelas II yang terdiri dari Aku, Ciku, Batman dan 2 teman Batman kembali harus berpisah dan sedikit adu argument untuk mengusir (jahat yoo…lha tiketku ono nomer bangkune koq) mereka yang sudah menduduki bangku yang sebenarnya juga bukan jatah dari para bonek kelas II ini.
Tepat pukul 19.00, rangkaian gerbong tawang jaya pun bertolak menuju ibukota. Toserba berjalan terus menerus hilir mudik menawarkan dagangannya. Aku pun gak kuatir kelaparan atau kehausan. Tinggal panggil aja selesai. Namun ada sedikit hambatan buatku pribadi. Sebelum berangkat aku tidak sempat “nyemprot”, walhasil daripada makan minum sambil ngempet mending ditahan2.
Untung aja ada hiburan dari toserba berjalan itu. Orang2 tua, muda, laki, perempuan, dewasa, anak2 saling berebut untuk mengais rejeki diatas kereta rakyat tersebut. Hilir mudik melewati penumpang tiket berdiri yang sudah kelelahan dan berbaring dilantai kereta beralaskan “springbed” ber merk meteor atau suara merdeka sembari meneriakkan dagangannya.
Nasi goring anget 2000…
Aqua dingin…Mizone…
Tahu...
Oleh oleh…Wingko babat…
Batik…batik…
Dan masih banyak lagi lainnya yang tidak akan ditemui di kereta yang lebih berkelas dan beradab. Kalo udah gini yang terlintas dikepala hanya “susah yah cari uang ?” dan jeritan “Pak SBY mbok sekali2 naik kereta gini ben ngerasake kesulitan rakyatnya”
Kereta melaju sangat kencang, didalam gerbong aku dan Ciku menanti dibalap kereta rombongan bonek kelas III namun tak kunjung lewat juga. Setiap x kereta rakyat ini berhenti untuk memberi kesempatan lewat bagi kereta berkelas, itu selalu dari arah yang berlawanan. Sampai akhirnya tepat pukul 00.00, kereta rakyat yang aku tumpangi berhenti di stasiun
Tak tahan lagi dan juga memperhitungkan kebiasaan berhenti lama dari kereta rakyat ini distasiun
Tadinya setelah menuntaskan hasrat, aku pengen duduk2 dulu diluar. Tapi instingku menyuruh untuk segera naik. Dan ternyata belum sampai ketempat duduk, kereta sudah berjalan lagi. Perutku langsung berontak minta diisi, namun dasar apes, hilir mudik toserba berjalan tadi menghilang di stasiun
Selasa (10/7) pukul 02.45 WIB, kereta rakyat bernama Tawang Jaya itupun tiba di Stasiun Jatinegara. Perjalanan penuh romantika itupun berakhir. Bahkan saat pulang dengan menggunakan Senja Utama, suasananya jauh berbeda bahkan cenderung hambar. Walhasil perjalanan pulang
No comments:
Post a Comment